PERMAINAN DAN SANDIWARA M.NAZARUDDIN



Oleh : Moh. Safrudin,M.PdI
(Pengasuh acara SINAR RRI Kendari Peneliti Sangia institute)
Saya mengawali tulisan ini dengan mengutip sebuah ayat dalam Alqur’an sesungguhnya hidup di dunia ini laksana  permainan dan sandiwara, Inilah yang  terjadi di negeri  kita Bagi orang yang mengikuti berita di TV atau media lainnya, tentu mengenal nama M. Nazaruddin. Tokoh muda ini, lagi terkena kasus yang cukup berat. Akibat perbuatannya bermain-main politik dan uang, maka ia menjadi tersangka kasus korupsi. Kasus yang dihadapi itu menjadi lebih berat, karena ia melarikan diri dan membuka berbagai informasi yang mengganggu nama baik banyak tokoh politik penting lainnya.
Sejak beberapa waktu lalu hingga sekarang ini, banyak orang merasa gemes, jengkel, marah, dan atau bahkan senang dengan nama Nazaruddin ini. Perasaan gemes, jengkel dan marah muncul, oleh karena M. Nazaruddin yang semula dikenal sebagai orang yang cerdas dan baik, ternyata melakukan perbuatan yang merugikan banyak orang, yaitu korupsi. Sebutan sebagai orang cerdas dan baik itu bisa dilihat dari perjalanan kariernya, hingga ia dipercaya menjabat sebagai bendahara umum partai politik besar, pemenang pemilu.
Namun di tengah-tengah kegemesan dan kejengkelan itu, kiranya ada saja sementara orang yang merasa senang, karena Nazaruddin telah tertangkap dengan berbagai upaya yang tidak mudah dilakukan. Tertangkapnya mantan tokoh politik tersebut diharapkan bisa membuka berbagai penyimpangan yang mungkin dilakukan oleh para tokoh lainnya. Dengan demikian maka upaya pemberantasan korupsi, dan berbagai mafia lainnya bisa terkuak dari kasus pribadi Nazaruddin.
Sekalipun seorang politikus ini sedang menjadi hujatan, sumber kejengkelan, dan bahkan kemarahan, tetapi sebenarnya masih ada pelajaran penting yang bisa dipetik dari perjalan hidup yang dialaminya. Hidup ini adalah bagian dari proses belajar, dan pelajaran itu bisa datang dari mana saja. M. Nazaruddin adalah bagian dari ciptaan Allah dan milik Allah swt. yang perlu direnungkan secara mendalam.
M. Nazaruddin semula dikenal sebagai orang baik dan berpendidikan tinggi. Menurut informasi, sebelum aktif menjadi politikus, ia juga tercatat sebagai seorang dosen, atau pengajar di perguruan tinggi. Dengan demikian, ia adalah produk pendidikan bangsa ini, dan atas perannya sebagai dosen, ia sekaligus juga pernah ikut mendidik generasi bangsa ini. Oleh karena itu, tidak terlalu salah jika dikatakan bahwa, sebelum terjadi kasus tersebut, Nazaruddin adalah orang yang dikenal sebagai pemimpin yang baik.
Atas dasar kepintaran dan prestasinya itu, ia dipercaya menjadi dosen. Selanjutnya juga atas dedikasi, dan pengabdiannya, ia dipercaya menjadi bendahara umum di sebuah partai politik besar. Pengangkatannya tentu melalui proses penilaian yang tidak sederhana. Para pengambil keputusan terhadap posisi penting yang dipercayakan kepada Nazaruddin juga bukan sembarang orang. Mereka itu adalah orang-orang bijak yang memahami tentang karakter, integritas dan perilaku seseorang.
Namun ternyata, Nazaruddin, perilakunya berubah. Perubahan perilaku seperti itu, tatkala ia sedang menjabat sebagai orang penting di partai politik. Mungkin umpama tetap saja menjadi dosen, sehari-hari mengajar di perguruan tinggi, ia tidak akan mengalami nasip seperti sekarang ini. Jabatan penting, terhormat dan berprestise yang disandang, ternyata justru hanya mengantarkannya menjadi orang yang sehari-hari dihujat, dicaci maki, dan bahkan tampak dari tayangan televisi, demi untuk keamanan, dia doborgol oleh polisi.
Salah satu pelajaran penting yang bisa ditangkap dari kasusnya itu ialah bahwa, pribadi seseorang ternyata bisa berubah-ubah, dari semula baik menjadi jelek dan atau sebaliknya. Siapa saja yang penah membaca ajaran Islam, bahwa kejadian itu bukan hal aneh. Pribadi seseorang bisa berubah-ubah, termasuk keimanannya. Iman seseorang kadang sedemikian kuat, tetapi pada saat lain melemah. Maka, itulah sebabnya, kaum muslimin dianjurkan agar selalu memohon petunjuk atau hidayah dari Allah swt., dan selalu saling berwasiat tentang kebenaran dan kesabaran. Mungkin sebelum kejadian itu, Nazaruddin pun juga sama dengan kebanyakan tokoh yang sekarang masih tampak baik-baik, dan sangat membenci tindakan korupsi.
Oleh karena itu, memang siapapun harus membenci perilaku buruk, termasuk korupsi, tetapi tidak seharusnya membenci orangnya secara berlebihan. Sebab tidak menutup kemungkinan, terhadap siapapun yang pada saat ini dianggap baik, ternyata suatu ketika keburukan itu juga tampak. Bukti tentang hal itu cukup banyak, apalagi pada akhir-akhir ini. Tidak sedikit oknum pejabat, mulai dari bupati, wali kota, gubernur, direktur bank, jaksa, hakim, dan bahkan juga menteri, yang semula dicintai dan dianggap sebagai orang baik, sehingga didengarkan naserhat dan ditauladani perilakunya, ternyata juga melakukan tindakan yang merugikan rakyat, korupsi.
Islam memberikan tuntunan bahwa dalam mencintai dan membenci seseorang tidak boleh berlebih-lebihan. Sebab bisa jadi orang yang sangat dibenci, suatu ketika menampakkan kebaikkannya dan begitu pula sebaliknya. Seseorang pada suatu saat terlalu dicintai, ternyata akhirnya menampakkan keburukannya. Sama dengan apa yang dialami oleh M. Nazaruddin sekarang ini. Dulu ia dipercaya dan bahkan dicintai, hingga ditunjuk menjadi bendahara partai pollitik , tetapi ternyata perilakunya setelah menduduki jabatan itu berubah menjadi jelek. Dan mungkin saja suatu ketika, ia akan kembali menjadi baik lagi sebagaimana semula.
Tetapi apapun semua itu, adalah sekedar bagian dari pentas kehidupan manusia di alam ini. Semua bisa ditonton dan dipelajari, namun yang perlu dipegangi dan direnungkan secara mendalam bahwa, semua itu diciptakan tidak ada yang sia-sia, tidak terkecuali pentas yang dialami oleh M. Nazaruddin yang sedang menjadi focus perhatian banyak orang. Bagi orang yang mau mehami, kehidupan ini sebenarnya adalah sekedar permainan dan sandiwara. Namun kliranya, kita semua harus menampilkan permainan yang terbaik, yaitu beriman dan beramal shaleh, serta berakhlakul karimah. Wallahu a’lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAFSIR SURAT AL-MAIDAH AYAT 67

RAMADHAN SEBAGAI BULAN TARBIYAH

Surat An-nahl ayat 125