TUJUAN PUASA ADALAH DRAJAT TAQWA
Oleh : Moh. Safrudin, M.PdI
(Pengasuh Acara Sianar RRI Kendari dan Peneliti Sangia Institute)
Ibadah puasa sebenarnya adalah sederhana dan ringan. Disebut sederhana, karena kegiatan itu hanyalah sekedar meninggalkan makan dan minum di siang hari serta hal-hal lain yang membatalkannya. Disebut ringan, oleh karena sehari itu, khususnya di Indonesia, tidak terlalu lama, yaitu hanya sekitar 12 jam. Apalagi, bagi orang yang terbiasa puasa sunnah, maka puasa ramadhan itu sangat ringan, oleh karena dijalankan dengan bersama-sama banyak orang.
Namun ibadah puasa memberikan pelajaran yang sangat tinggi nilainya.Puasa dimaksudkan sebagaimana disebutkan dalam al Qurán adalah agar yang bersangkutan meraih derajat mulia, yaitu taqwa. Derajat taqwa adalah derajat yang amat mulia di mata Allah. Penyandang derajat taqwa adalah orang yang mulia, unggul, dan terpilih. Manakala sebuah negeri dihuni oleh orang-orang yang beriman dan bertaqwa, lagi-lagi menurut al Qurán, maka Allah akan membukakan berkah baik dari langit maupun dari bumi.
Cara menjadikan orang derajatnya meningkat menjadi lebih baik dan mulia, maka ditempuh dengan cara, mereka diwajibkan untuk berpuasa, yaitu meninggalkan makan dan minum serta hal lain yang membatalkan puasanya itu. Padahal logika sementara orang justru berbalik, bahwa agar seseorang menjadi baik, maka harus dicukupi makanan dan minumannya. Dianggapnya bahwa, orang menjadi jelek atau rusak, disebabkan oleh karena tingkat ekonominya rendah. Atas dasar pandangan itu, maka cara memperbaiki orang, ditempuh dengan cara meningkatkan kualitas konsumsi dan gizinya. Artinya dengan meningkatkan taraf ekonominya, dipercaya tidak akan ada lagi orang jahat dan sebaliknya, hidup mereka menjadi sejahtera.
Relevan dengan pandangan itu, sebagai upaya meningkatkan kinerja pegawai, maka gaji mereka dinaikkan. Kalau perlu, diambil kebijakan remunerasi para pejabat dan pegawai. Anggapannya, bahwa dengan gaji naik, maka kinerjanya meningkat. Selain itu, dengan gaji bertambah, maka kebiasaan korupsi akan menurun dan bahkan hilang sendirinya. Anggapan itu sepertinya betul. Tetapi senyatanya, orang yang jabatan dan gajinya tinggi, ternyata justru mereka yang banyak melakukan korupsi.
Para koruptor yang akhir-akhir ini ditangkap oleh KPK, ternyata bukan orang-orang miskin dan bergaji rendah. Rupanya soal berkorupsi, bukan terkait soal besar kecilnya gaji, melainkan soal mental, hati dan pikiran yang kotor. Berapapun gaji dan atau pendapatannya, makala yang bersangkutan sedang memiliki pikiran dan hati yang berpenyakit, maka akan tetap melakukan penyimpangan terhadap uang negara. Lagi pula, betapapun ketatnya pengawasan dan juga besarnya resiko yang akan diterima, mereka tetap nekat melakukan penyimpangan itu.
Puasa yang dimaksudkan adalah untuk meningkatkan derajat seseorang, maka malah justru dilakukan dengan cara membatasi dan bahkan melarang, yaitu pada waktu tertentu mereka dilarang makan dan minum serta hal lain yang membatalkannya. Melalui logika puasa, maka dapat dipahami bahwa, tidak selalu menambah dan meningkatkan konsumsi, akan memperbaiki kualitas hati dan perilaku seseorang. Bertambahnya makanan dan gizi yang sempurna memang akan menambah kekuatan tubuh. Akan tetapi, kekuatan tubuh tidak selalu dibarengi oleh kualitas perilaku yang bersangkutan.
Meningkatkan kualitas perilaku, agar menjadi lebih bertaqwa, atau menjadi manusia unggul, ternyata justru ditempuh dengan cara mengingatkan yang bersangkutan pada bagian perutnya, agar makanannya dibatasi, baik terkait waktu maupun jenis makanan yang dikonsumsi. Dalam berpuasa hanya waktu malam boleh makan dan minum. Sedangkan jenis makanan harus selektif, yaitu yang halal dan lagi baik, atau halalan dan thoyyiban. Bahkan, diriwayatkan dalam suatu hadits, bahwa terlalu banyak makan dan mencintai harta, termasuk bagian dari akhlak buruk. Oleh karena itu, untuk meningkatkan derajat seseorang, ditempuh dengan cara berpuasa. Memang, Islam membolehkan ummatnya mengumpulkan harta, tetapi dilarang terlalu mencintainya. Wallahu a’lam.
Komentar
Posting Komentar